PERSAMAAN GAS IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA

Keadaan gas dapat ditinjau dari tiga parameter volum, tekanan, suhu, dan jumlah mol.

Gas ideal mempunyai ciri-ciri sbb:

1. Molekul gas tidak mempunyai volum.

2. Tidak ada interaksi antara molekul molekul gas, baik tolak-menolak maupun tarik-menarik.

Ada tiga pakar yang menjelaskan hubungan parameter tsb.

1. Gay-Lussac dan Charles

Pada tekanan tetap, volume gas berbanding lurus dengan temperaturnya.

2. Boyle

Pada suhu tetap, volum gas berbanding terbalik dengan tekanannya.

3. Avogadro

Pada suhu dan tekanan tetap, volum gas berbanding lurus dengan jumlah molnya.

Berdasarkan tiga hukum tersebut, dapat diturunkan persamaan gas ideal sbb:

PV=nRT

Keadaan gas dalam kenyataannya mengalami penyimpangan dari gas ideal. Volum molekul gas dan interaksi antar molekul-molekulnya tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu gas ideal hanya merupakan gas hipotetis. Untuk menggambarkan penyimpangannya, dapat dinyatakan dengan perbandingan volum molarnya terhadap volum molar gas ideal. Perbandingan ini disebut faktor kompresibilitas (Z).

Gas ideal mempunyai nilai Z=1.

Suatu gas akan mendekati sifat gas ideal pada tekanan yang sangat rendah (mendekati nol) dan suhu yang sangat tinggi (suhu menuju tak hingga). Pada keadaan tersebut, volun gas menuju tak hingga sehingga kerapatannya mendekati nol. Pada kerapatan nol, tidak ada interaksi antar molekul gas dan volum molekul dapat diabaikan.


Published with Blogger-droid v2.0.3

Published with Blogger-droid v2.0.3

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


COOPERATIVE LEARNING
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Belajar dan Pembelajaran
yang Dibina oleh Bapak Ahmad Mutadzakir






Disusun oleh:
Kimia Off B 2009
                               Noni Asmarissa                                  (109331417176)
                               Sofyan David Ardiansyah                 (109331222626)
                               Nurul Khusnawati                              (109331422629)
                               Rudiyanto                                          (109331422637)
                               Silvina Kustri L.                                 (109331422641)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
FEBRUARI 2011

PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses transfer ilmu pengetahuan dari pendidik ke peseta didik. Agar transfer ilmu berlangsung secara efektif dan efesien, maka perlu strategi pembelajaran yang sesuai. Berbagai macam teori belajar yang ditawarkan para ahli. Salah satunya adalah metode pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siswa. Metode ini disebut metode kerja kelompok atau Cooperative Learning.
PEMBAHASAN
Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang bisa terdiri dari 3-5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas (Sanjaya, 2005:106)
Johnson (1991:55-59) menyatakan “5 components must be included for small group learning to be truly cooperative. These essential elements are:
1.            Positive interdependence (all for one and one for all)
Face-to-face promotive interactions.
2.            Cooperative Learning required face-to-face interactions among students within which they promote each \other’s learning and success.
3.            Individual accountability and personal responsibility.
What children can do together today, they can do alone tomorrow.
4.            Interpersonal and small group skills.
Person must be thought the social skills required high quality collaboration and be motivated to use them if cooperative group are to be productive.
5.            Group processing
When group member discuss how well they are achieving their goal and maintaining effective working relationship.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning adalah sebagai berikut :
1.         Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.
2.         Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
3.         Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
4.         Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
5.         Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Upaya yang dilakukan agar pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, adalah sebagai berikut :
1.         Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
2.         Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
3.         Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
4.         Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
5.         Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Ada beberapa teknik dalam Cooperative learning,  yaitu:
·         Variasi belajar dalam tim
a.      Student Teams Achievement Division (STAD)
Metode pembelajaran STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu:
1.      Presentasi kelas
Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan presentasi materi di dalam kelas.
2.      Tim
Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen yang beranggotakan 4 atau 5 orang. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar , mempersiapkan untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
3.      Pelaksanaan kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.
4.      Penentuan peningkatan skor individual
Dari hasil kuis, setiap siswa akan memiliki skor peningkatan individual, yang juga mencerminkan seberapa besar siswa berkontribusi pada skor kelompok (pencapaian tujuan kelompok). Skor peningkatan individual tersebut merupakan skor perkembangan, yang didasarkan pada seberapa jauh skor tersebut meningkat, melampaui rata-rata skor sebelumnya dari pelaksanaan kuis yang sama (tidak didasarkan pada skor mutlak siswa).
5.      Rekognisi tim
Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

b.      TGT (Turnamen Game Tim)
Menurut Slavin (2008:163-167) secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan system skor kemajuan individu. TGT sangat sering dikombinasikan dengan STAD.
 Komponen-komponen TGT meliputi:
1.   Presentasi kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
2.      Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya.
3.      Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
4.      Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
5.      Team recognize (penghargaan kelompok)

Keunggulan metode TGT ini meliputi :
·      siswa memperoleh teman lebih banyak.
·       meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung
·      meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
·      meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit).
·      keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama.
·      meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
·      memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Kelemahan metode TGT meliputi :
·      tidak semua materi bisa menerapkan metode TGT, hanya materi yang membutuhkan banyak sumber dan luas ruang lingkup pembahasannya.
·      membutuhkan waktu yang lebih lama.
c.       TAI (Team Accelerated Instrucsion)
a)      Pengertian
Pembelajaran kooperatif metode Teams Accecrated Instrucsion (TAI) merupakan gabungan dari belajar kooperatif dan belajar individual. Pengajaran yang dilakukan dengan posisi siswa duduk pada kelompoknya masing-masing. Kelompok dibuat beragam, berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras dan etnik, yang tediri dari 4-5 orang pada setiap kelompoknya. Di dalam kelompok belajar ini, memungkinkan siswa untuk saling berdiskusi, berargumen satu dengan yang lainnya untuk dapat memahami suatu pelajaran.
a)      Kelebihan :
·         Dapat melatih para siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan temuan-temuan dalam bentuk tulisan.
·         Dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang yang berbeda
·         Dapat meningkatkan berfikir kritis serta meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.
·         Daat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin
·         Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bias berbuat curang atau menemukan jalan pintas
b)      Kekurangan
·         Kekurangan terjadi ketika pengelolaan kelas kurang baik maka jalan proses pembelajarannya juga kurang baik.
·         Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan diri teman sekelompoknya.

d.      CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
Cooperative Integrated Reading and Composition atau yang lebih dikenal sebagai CIRC, termasuk salah satu tipe model pembelajaran Cooperative Learning yang pada awalnya diterapkan dalam pelajaran bahasa . Pada metode ini dibentuk kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen. Kemudian guru memberikan wacana yang sesuai dengan topik pembelajaran dan siswa dalam kelompok kecil tersebut saling berkerja sama untuk memahami isi bacaan, menemukan ide pokoknya, merevisi,  memberikan tanggapan terhadap isi bacaan tersebut, serta mempersiapkan tugas-tugas tertentu dari guru. Setelah itu, siswa mempresentasikan hasil kelompok dan guru membuat kesimpulan bersama tentang topik yang dibahas.
Kelebihan:
Ø  Siswa dapat memberikan tanggapannya secara bebas.
Ø  Menumbuhkembangkan keterampilan berpikir anak
Ø  Menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain
Ø  Membangkitkan motivasi belajar, serta memperluas wawasan.
Kekurangan:
Ø  Pada saat dilakukan presentasi, terjadi kecenderungan hanya siswa pintar yang secara aktif tampil menyampaikan pendapat dan gagasan.

·               Metode-metode spesialisasi tugas:
a.      Group Investigation
Pembelajaran kooperatif tipe GI pada dasarnya dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis. Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.
Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
1.         Tahap Pengelompokan (Grouping)
Tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang.
Pada tahap ini beberapa hal yang dilakukan siswa dan guru, yaitu
§   Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan.
§   Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki.
§   Guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
2.         Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang apa, bagaimana, siapa, dan tujuan dari topik yang mereka pelajari.
3.         Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.
4.         Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam prakteknya masing-masing, merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya.
5.         Tahap Presentasi (Presenting)
 Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian.Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar  mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. 
6.         Tahap evaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adanya penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

b.      CO-OP CO-OP
Co-op Co-op adalah bentuk Group Investigation dimana metode ini menempatkan tim dalam kooperasi antara satu dengan yang lainnya untuk mempelajari sebuah topic di kelas. Metode ini akan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil sehingga dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia. Selain itu, dengan metode ini para siswa dapat saling berbagi pengalaman baru dengan teman-teman sekelasnya.
Ada sembilan langkah untuk mencapai kesuksesan dengan metode ini, yaitu :
1.      Diskusi di kelas terpusat pada siswa
Pada awal memulai kelas, doronglah para siswa untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka sendiri terhadap suatu objek.
2.      Menyeleksi tim pembelajaran siswa dan pembentukan tim
Para siswa perlu memiliki kelompok kerja yang heterogen dengan kemampuan dan kepercayaan baik antar tiap anggotanya.
3.      Seleksi topik tim
Biarkan siswa memilih sendiri topik untuk kelompok mereka. Guru hanya sebagai fasilitator. Apabila ada dua kelompok yang memiliki tema yang sama, maka diharapkan dapat terselesaikan dengan kompromi.
4.      Pemilihan topik kecil
Suatu topic yang telah dipilih akan dibagi menjadi beberapa topic kecil yang akan diselesaikan anggota kelompok. Keterlibatan guru dalam pemilihan topic ini bisa bervariasi, tergantung pada kemampuan siswa. Guru boleh saja menentukan topic kecil tersebut sesuai dengan persetujuannya untuk memastikan bahwa topic-topik tersebut sesuai. Namun topic tersebut juga boleh dibagi sendiri oleh anggota kelompok. Kejadian ini biasanya berakibat pada perbedaan kontribusi  di antara anggota kelompok.
5.      Persiapan topik kecil
Persiapannya bisa berupa penelitian kepustakaan, pengumpulan data melalui wawancara atau eksperimen, menciptakan proyek individual, dan menulis atau melukis.
6.      Presentasi topik kecil
Setelah para siswa menyelesaikan tugas individual, mereka mempresentasikan topic kecil pada teman satu kelompok. Dengan cara ini diharapkan semua anggota kelompok mengerti akan semua pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan masing-masing anggota tim.
7.      Persiapan presentasi tim
Para siswa di dorong untuk memadukan semua topic kecil dalam presentasi tim. Format-format yang sifatnya bukan pengajaran secara langsung sepeti memamerkan, mendemonstrasikan, lakon singkat, dan diskusi kelas yang dipimpin tim merupakan contoh-contoh bentuk presentasi yang dianjurkan.
8.      Presentasi tim
Selama presentasi, kelompok memegang kendali kelas. Semua anggota kelompok bertanggung jawab pada waktu, ruang, dan bahan-bahan yang dibutuhkan saat presentasi.
9.      Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi presentasi kelompok oleh kelas, kontribusi individual terhadap tim oleh anggota tim lainnya, pengulangan kembali materi oleh siswa.




c.          Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan sebagai metode Cooperative Learning yang dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema, siswa bekerja sama dengan siswa lain dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi serta meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
d.      Complex instruction ( pengajaran kompleks)
Metode pembelajaran kooperatif lainnya yang didasarkan pada mencari keterangan dan investigasi. Bentuk yang paling banyak digunakan dari pendekatan ini adalah sebuah program yang disebut Finding Out/Descubrimiento, sebuah program berorientasi penemuan untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Ilmiah di sekolah dasar yng dikembangkan oleh Edward De Avila dan Elizabeth Cohen. Metode ini, menggunakan kelas dwi bahasa khusus, yang melibatkan para siswa dalam kelompok kecil, diberikan kegiatan-kegiatan ilmiah yang diarahkan kepada penemuan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan ilmiah.

PENUTUP
Kesimpulan :
Dalam proses belajar mengajar, diperlukan strategi yang efektif dan efisien agar tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Metode kooperatif learning pada intinya menekankan pada interaksi antara masing-masing anggota kelompok demi kesuksesan pembelajaran. Metode ini memiliki komponen penting dalam pelaksanaannya. Beberapa teknik dalam Cooperative Learning meliputi STAD, TAI, TGT, CIRC, Jigsaw, GI, Complex Instruction. Setiap teknik punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, perlu dipikirkan bagaimana solusi agar proses pembelajaran dalam berjalan dengan baik.

Daftar pustaka
Johnson, David  W& Johnson,Roger T. 1991. Learning Together and Alone. USA: Prentice Hall, Inc.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Nurulita, Bandung:: Nusa Media.